Pendidikan Kesehatan Olahraga (MOTOR SKILL THAT ENHANCE LEARNING FOR LIFE)
MOTOR SKILL THAT ENHANCE LEARNING FOR LIFE
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH
Pendidikan Kesehatan Olahraga
yang dibina oleh bapak Dr. Sugiharto, M.S
Oleh
Khumaira Marsyahidah Badu
190614855312
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PENDIDIKAN OLAHRAGA
OKTOBER 2019
Alhamdulillah puji syukur selalu saya utarakan kehadirat Allah SWT karna hidayah dan campur tanggannya, sehingga pendidikan kesehatan olahraga yang meliputi, Motor Skill That Enhance Learning For Life yang ini bisa terselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan masih dikategorikan jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang berkaitan dengan isi makalah ini
Harapannya makalah dengan judul evaluasi program pembelajaran Motor Skill That Enhance Learning For Life ini dapat memberikan kontribusi dibidang pengetahuan dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya serta senantiasa untuk mengaplikasikannya.
Malang, 1 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ……………......................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................... 2
C. Tujuan ................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................. 3
A. Keterampilan Motorik............................................ 3
B. Keterampilan Gerak Lokomotor…........................ 4
C. Keterampilan Gerak Manipulasi …........................ 11
D. Latihan ………………………………................... 15
BAB III PEMBAHASAN .......................................................... 16
A. Bagaimana keterampilan motorik mempengarui
Pembelajaran …………………………………..... 17
B. Bagaimana keterampilan motorik mempengarui
Konsentrasi……………………………………..... 18
BAB IV PENUTUP ...................................................................... 19 A.Kesimpulan …………………………………............. 19
B.Saran……………………………………………......... 19
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Life syle yang sehat dimulai dari beberapa aspek penting dalam kehidupan salah satu adalah aktifitas fisik. Ketika aktifitas fisik sudah menjadi life style dan dirasa penting untuk dilakukan maka individu tersebut akan mendapatkan segudang manfaat kesehatan, termasuk tingkat metabolisme dan kardiovaskuler yang baik (Boddy, et al 2014). Pentingnya mendorong kebiasaan untuk aktifitas fisik dimuali dari usia dini sebab akan tertanam asusmsi bahwa aktivitas fisik akan berdampak baik untuk kesehatan yang akan dibawa terus sampai mereka dewasa (Mitchell, et al 2013). Untuk menunjang aktifitas fisik yang dilakukan manusia diperlukan yang namanya keterampilan gerak. Keterampilan motorik adalah dasar untuk menunjang manusia melakukan aktifitasnya sehari-hari (Payne, et al 2011).
Keterlambatan dalam perkembangan motorik, tentunya gangguan perkembangan saraf. Mengingat berisiko untuk masalah kesehatan di masa depan, jelas bahwa penargetan keterampilan bergerak untuk anak-anak. Keahlian gerakan mendasar sangat penting untuk partisipasi dalam aktivitas fisik (Lubas, et al 2010). Maka dari itu perlunya keterampilan gerak yang dilatih sejak masa anak-anak, gerak dibagi menjadi 2 yaitu motorik kasar dan motorik halus, aktifitas fisik melibatkan motorik kasar gerakan-gerakan yang melibatkan dominan otot besar, motorik kasar dibagi menjadi 3 kelompok yaitu lokomotor, nonlokomotor, dan manipulasi, lokomotor seperti berjalan, berlari, melempar dan meluncur dan non lokomotor menendang, memukul, menangkis dll (Payne, et al 2011). Pada dasarnya keterampilan gerak harus dilatih dan stimulus dari masa kanak-anak, tetapi kondisi ril yang terjadi kesalah pahaman alhasil masyarakat berasumsi bahwa keterampilan motorik ini diperoleh secara alami dari proses pertumbuhan manusia (Gallahue, et al 2012). Keterampilan gerak menguntungkan dalam semua aspek kedidupan, Komponen yang paling efektif digunakan untuk melatih keterampilan motorik yaitu melalui aktifitas fisik, tidak hanya motorik yang dilatih melainkan juga pada kognitif dan emosional (Fahimi et al, 201 3).
Keterampilan motorik berperan dalam hampir semua yang dikatakan atau dilakukan seseorang, termasuk bahasa, permainan, akademik, dan perilaku adaptif (Doren et al, 2015). Melatih keterampilan gerak saat masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak menemukan banyak manfaat, beberapa penelitian menunjukan dampak berbagai kesehatan yang menguntungkan pada anak seperti aktivitas fisik, kebugaran, kompetensi motorik (Goodway et al, 2015). Aapaun penelitian yang dilakukan (Scharfen et al 2019) Keterampilan motorik yang bagus mendungkung kemampuan kogniftif. Dari pernyataan bisa diatas disimpulkan keterampilan motorik adalah elemen penting dari perkembangan keseluruhan anak dan memainkan peran penting yang memengaruhi kesehatan fisik, psikososial, dan mental. Keterampilan gerakan dapat secara luas diklasifikasikan ke dalam domain keterampilan kotor dan halus yang dapat diamati seperti yang diperlukan untuk berlari, menangkap, menulis / mencetak, atau berpakaian. Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan anak secara keseluruhan termasuk tingkat aktivitas fisik mereka, komposisi tubuh, kepercayaan diri, tingkat kecemasan, dan fungsi eksekutif, antara lain. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan positif antara keterampilan gerakan kasar dan halus dan bidang kesehatan termasuk aktivitas fisik, kebugaran, komposisi tubuh yang sehat, konsep diri, dan fungsi eksekutif (Hendrix et al, 2014)
B. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang, dapat langsung menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep keterampilan gerak ?
2. Bagaimana keterampilan gerak mempengarui kehidupan ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan, harapan penulis dapat memberikan manfaat pada pembaca sebagai merikut:
1. Mengetahui konsep-konsep keterampilan gerak
2. Mengetahui bagaimana keterampilan gerak mempengarui gerak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keterampilan Motorik
Kemampuan motorik berkaitan dengan perilaku gerak individu dalam kehidupan sehari-hari, baik gerak yang bukan untuk olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan keterampilan motorik/gerak. Gerak merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani dan olahraga. Tugasnya adalah membantu peserta didik bergerak secara efisien, meningkatkan kualitas unjuk kerjanya, kemampuan belajarnya dan kesehatannya. Karena gerak adalah unsur pokok pendidikan jasmani dan olahraga penting bagi guru pendidikan jasmani memahami beberapa dimensi (Achmad Paturusi 2012:8). Motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Gerakan motorik kasar mulai terbentuk pada saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan yang hampir seperti orang dewasa (Bambang Sujiono 2008: 113). Sumantri (2005: 48) yang menyatakan bahwa pengertian motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. menyatakan bahwa motorik adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya gerak, gerak adalah kulminasi suatu tindakan yang didasari sebuah proses motorik. Karena motorik menyebabkan terjadinya sebuah gerak, karena itu setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan dengan gerak, sehingga penerapan dalam keseharian antara gerak dan motorik sering tidak dibedakan. (Samsudin 2008: 10). Gerakan motorik adalah suatu kemampuan yang membutuhkan koordinasi tubuh anak, hal itu memerlukan tenaga dikarenakan dilakukan berhubungan dengan otot-otot besar pada anak. Gerakan motorik kasar melibatkan seluruh tubuh anak seperti aktivitas otot tangan dan kaki. Gerakan tersebut mengandalakan kematangan dalam koordinasi (Bambang Sujiono, 2008: 113). Gerak dibagi menjadi 2 yaitu motorik kasar dan motorik halus, aktifitas fisik melibatkan motorik kasar gerakan-gerakan yang melibatkan dominan otot besar. motorik kasar dibagi menjadi 3 kelompok yaitu lokomotor, nonlokomotor, dan manipulasi, lokomotor seperti berjalan, berlari, melempar dan meluncur dan non lokomotor menendang, memukul, menangkis dll (Payne, et al 2011). Keterampilan motorik adalah gerakan dasar yang mendasari semua permainan dan aktivitas fisik. Pemahaman tentang bagaimana meningkatkan keterampilan motorik dasar siswa dapat meningkatkan kualitas program pendidikan jasmani. Berjalan, berlari, meregangkan tubuh, menekuk, menangkap, dan melempar adalah keterampilan motorik . Mereka adalah blok bangunan semua permainan dan kegiatan di kelas pendidikan jasmani , olahraga, dan kehidupan sehari-hari. Gerak dasar sangat dibutuhkan untuk menunjang keterampilan yang dibedakan menjdai 3 kelompok gerak seperti lokomotor, nonlokomotor, dan manipulasi yang ada dalam aktivitas fisik akan dijelaskan pada bab berikutnya
B. Keterampilan Gerak Lokomotor
Gallahue et al, (2012: 186) mengatakan bahwa keterampilan gerak dasar juga disebut dengan Fundamental Motor Skills (FMS) atau keterampilan gerak dasar. Dimana kompetensi keterampilan gerak secara spesifik terdiri dari bentuk keterampilan gerak lokomotor yaitu gerak yang terdiri dari keterampilan gerak dasar yang mengharuskan individu untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain, (Gallahue, dkk, 2012: 223). Sedangkan Samsudin (2008: 9) mengatakan keterampilan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh seperti lompat dan loncat. Jadi dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak lokomotor adalah gerak tubuh dengan berpindah dari tempat satu ke tempat lain yang terdiri dari gerak dasar. Anak usia dini perlu tetap mendapatkan perhatian dan mempertimbangkan terhadap pelaksanaan pengembangan keterampilan gerak yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuaian tahap perkembangan anak. Sehingga dalam pengembangan keterampilan gerak dasar memerlukan bantuan orangtua atau pembimbing untuk melatih dan mengulangi gerakan dan keterampilan tersebut sehingga potensi gerak dasar yang dimiliki oleh anak dapat berkembang secara optimal.
Gallahue, et al (2012: 198-199) mengatakan keterampilan gerak lokomotor adalah keterampilan yang meliputi gerak tubuh yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk keterampilan gerak lokomotor diantaranya adalah: berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling, menderap, menjatuhkan diri, bersepeda, meloncat, skipping, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop), dan mencongklang. Pada setiap komponen gerak dasar (Fundamental Motorik Skills) pada anak laki-laki dan perempuan memiliki tahapan yang berbeda pada setiap jenjang usianya. Dimana Gallahue, dkk menggambarkan rentang usia anak terhadap bentuk tahap perkembangan keterampilan gerak dasar, yang terdiri dari 3 sampai dengan 5 bentuk tahap perkembangan dan dimulai dari usia 1,5 tahun sampai dengan 10 tahun. Hubungan perubahan usia dan bentuk keterampilaerak dasar tersebut dapat dilihat seperti dalam gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Hubungan Usia dan Perubahan Tahap Keterampilan Gerak Dasar Pada Anak (David L Gallahue, dkk, 2012: 198)
a. Berjalan
Samsudin (2008: 75) mengatakan berjalan merupakan perpindahan berat badan dari satu kaki ke kaki lainnya dengan paling tidak salah satu kaki selalu berhubungan dengan lantai, sewaktu gerakan dilakukan, setiap kaki akan berperan saling bergantian antara kedua fase yaitu fase tumpuan dan fase ayunan. Tumit akan menyentuh lantai terlebih dahulu dan kemudian kaki belakang akan mendorong dan lepas dari lantai kemudian berat badan selanjutya dipindahkan dari tumit ke telapak kaki bagian luar, ujung telapak kaki kira-kira selebar bahu. Lengan diayun secara berirama berlawanan dengan tungkai kaki; lengan kanan mengayun ke depan bersamaan dengan tungkai atau kaki kiri. Sumantri (2005: 73) mengatakan bahwa gerakan berjalan pada anak mula-mula belum bisa dilakukan dengan baik, namun begitu dengan berjalannya waktu lambat laun anak mampu melakukan gerak berjalan dengan lebih lancar dan mampu bergerak lebih cepat. Perkembangan keterampilan gerak berjalan berhubungan dengan peningkatan kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi bagian tubuh yang mendukung mekanisme kesimbangan. Terdapat tiga bentuk tahapan perkembangan gerakan berjalan pada anak diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø Tahap 1 atau tahap initial.: Yaitu tahapan gerakan berjalan dimana anak dalam berjalan posisi tubuhnya sedikit condong ke depan dan masih belum seimbang, jarak langkah yang pendek dan lutut masih ditekuk ketika berjalan serta ayunan bersamaan dengan langkah kaki dengan posisi berada di depan tubuh.
Ø Tahap 2 atau tahap elementary. Yaitu tahap gerakan berjalan di mana posisi ubuh tegak, jarak yang dicapai oleh anak dalam berjalan lebih lebar, telapak kaki selalu melakukan kontak langsung dengan lantai, lengan berada disamping tubuh, namun ayunan lengan masih sedikit, lutut sudah lurus dalam berjalan, dan telah mampu menjaga kesesimbangan tubuh saat berjalan.
Ø Tahap 3 atau tahap mature. Yaitu tahap perkembangan gerakan berjalan di mana gerak yang dihasilkan lebih matang dibandingkan dengan tahapan gerakan berjalan sebelumnya. Ayunan lengan lebih teratur dan berlawanan dengan langkah kaki, dengan posisi lutut tidak ditekuk, dan telapak kaki kontak langsung dengan lantai, jarak yang dihasilkan ketika anak berjalan juga lebih lebar dan mampu menjaga keseimbangan ketika berjalan. Sehingga dalam tahap ini perkembangan gerakan berjalan telah berada pada tahap gerakan berjalan seperti orang dewasa.
Gambar 2. Bentuk Tahap Perkembangan Berjalan (David L Gallahue dan John C.Ozmon, 2007: 209)
Indikator dari gerakan berjalan ini adalah posisi tubuh tegak, ayunan lengan yang berlawanan dengan kaki, lutut tidak ditekuk, dan keseimbangan tubuh saat berjalan. Indikator gerakan berjalan ini merupakanindikator yang dilihatberdasarkan bentuk tahapan gerak berjalan.
b. Berlari
Sumantri (2005: 75) mengatakan berlari merupakan perkembangan dari gerakan berjalan, dimana perbedaannya adalah terletak pada irama ayunan langkahnya. Pada gerakan berlari irama lebih cepat dan terdapat saat kedua kaki tidak menginjak tanah (melayang). Gallahue, dkk (2012: 235) mengatakan bahwa berlari merupakan bentuk dari gerakan lokomotor yang melibatkan proyeksi tubuh untuk condong ke depan bersamaan dengan pergantian kaki, berlari juga terdapat fase melayang. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berlari adalah gerakan jalan yang lebih cepat dengan adanya ayunan yang bergantian dengan posisi yang berlawanan dan terdapat fase melayang. Gerak berlari yang dilakukan oleh anak berkembang setelah mampu berjalan, dimana diperlukan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak (agonist) dengan otot-otot yang berlawanan (antagonist) pada saat kaki melangkah (Sumantri, 2005: 75).
Pada anak usia 5 tahun umumnya anak-anak sudah mampu berlari dengan baik, bahkan bisa berlari dengan cepat pada garis yang lurus yang dilanjutkan dengan mengubah arah dengan cepat (Samsudin, 2008: 77). Terdapat empat bentuk tahapan perkembangan gerakan berlari pada anak diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø Tahap 1. Yaitu tahap keterampilan gerak berlari yang dicapai pada saat anak berusia 18 bulan atau 1,5 tahun dan gerakan berlari anak belum sempurna. Di mana kondisi tubuh anak ketika berlari tegak, langkah kaki saat berlari masih pendek dan belum dapat menguasai keseimbangan tubuh ketika berlari.
Ø Tahap 2. Yaitu tahap keterampilan gerak berlari yang dicapai pada saat anak berusia 24 bulan atau 2 tahun dan gerakan yang dihasilkan anak ketika berlari lebih baik dibandingkan ketika berada pada tahap sebelumnya. Yakni langkah yang dilakukan anak ketika berlari lebih lebar, tubuh sedikit condong ke depan, ayunan lengan berlawan dengan kaki dan telah dapat menguasai keseimbangan tubuh saat berlari.
Ø Tahap 3. Yaitu tahap keterampilan gerak berlari yang dicapai pada saat anak berusia 42 bulan atau 3,5 tahun. Di mana keterampilan gerak berlari pada anak lebih berkembang menjadi lebih matang di mana ketika melakukan persiapan anak telah melangkahkan kaki atau membuat jarak pada kaki seperti melangkah, langkah yang dihasilkan lebih lebar, lengan menekuk < 90˚, lutut ditekuk, terdapat fase melayang dan dapat menguasai keseimbangan ketika berlari.
Ø Tahap 4. Yaitu tahap keterampilan gerak berlari yang dicapai pada saat anak berusia 60 bulan atau 5 tahun. Di mana penampilan gerak berlari anak jauh lebih matang dan telah berada pada tahap gerakan berlari seperti orang dewasa dengan posisi tubuh sedikit condong ke depan, lengan menekuk < 90˚, langkah yang dihasilkan lebih lebar, posisi lutut ditekuk, terdapat fase melayang, ayunan lengan lebih dinamis dan berlawan dengan langkah kaki dan dapat berlari dengan cepat sesuai keinginan dan dapat mempertahankan keseimbangan tubuh ketika berlari.
Bentuk gerakan perkembangan dalam berlari pada anak dapat ditunjukkan seperti gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Bentuk Tahap Perkembangan Berlari (David L Gallahue, dkk 2012: 226-227)
Indikator dari gerakan berlari adalah posisi tubuh sedikit condong ke depan ketika berlaridan posisi kepala tegak, kaki berada pada garis dimana satu kaki didepan dan satu kaki di belakang seperti gerakan melangkah, ayunan lengan yang berlawanan dengan kaki dengan posisi siku menekuk 90º, keseimbangan tubuh saat berlari dan fase melayang, Indikator dari gerakan berjalan ini adalah posisi tubuh tegak, ayunan lengan yang berlawanan dengan kaki, lutut tidak ditekuk, dan keseimbangan tubuh saat berjalan. Indikator gerakan berlari ini merupakan indikator yang dilihat berdasarkan bentuk tahapan gerak berjalan gabungan Gallahue, et al (2012: 226); Sumantri (2005: 75).
d. Meloncat
Gallahue, et al, (2012: 233) mengatakan meloncat adalah keterampilan memproyeksikan tubuh yang melibatkan gerakan menolak dan mendarat dengan menggunakan dua kaki. Terdapat dua jenis lompatan yaitu gerakan meloncat keatas (vertical jump) dan gerakan meloncat lurus atau ke depan (horizontal jump). Penguasaan gerakan meloncat berkembang seiring berkembangnya kekuatan kaki. Gallahue, et al juga menganggap bahwa meloncat atau jumping memerlukan kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan dinamis untuk mencapai kemahiran. Samsudin (2008: 79) mengatakan bahwa meloncat merupakan gerakan mengarahkan dan menahan badan di udara sesaat dengan ciri-ciri yaitu dua kaki menolak dan dengan kedua kaki mendarat. Dari pendapat Gallahue dan Samsudin tentang pengertian meloncat dapat disimpulkan bahwa meloncat merupakan gerakan menolak dan mendarat dengan menggunakan dua kaki dimana terdapat fase sesaat di udara dan tetap mampu mempertahankan keseimbangan ketika mendarat. Terdapat tiga fase dalam melakukan keterampilan gerak meloncat. Yaitu fase persiapan yakni posisi tubuh sebelum meloncat, fase dimana tubuh menghasilkan kekuatan untuk menuju ke tanah dan terjadi posisi melayang, dan fase terakhir atau fase dimana setelah gerak dilakukan dimana tubuh mendarat dan mengurangi kekuatan yang telah dikeluarkan. Ketika keterampilan gerak melompat anak telah sesuai dengan usia anak maka akan meminimalkan cidera pada anak ketika melakukan gerakan meloncat.
Terdapat empat bentuk tahapan perkembangan gerakan meloncat pada anak diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø Tahap 1. Yaitu bentuk tahap perkembangan gerakan meloncat yang dicapai oleh anak pada saat anak berusia 20-24 bulan atau 1,8-2 tahun. Dimana dalam melakukan gerakan meloncat pertama-tama anak melakukan fase persiapan untuk melakukan gerakan meloncat dengan lutut ditekuk dan posisi tubuh condong kedepan, kemudian posisi tubuh sedikit tegak untuk bersiap melakukan gerakan meloncat dengan menolak dengan menggunakan dua kaki, lengan berada disamping tubuh anak, fase sesaat di udara dan dapat mendarat dengan seimbang dengan menggunakan dua kaki.
Ø Tahap 2. Yaitu bentuk tahap perkembangan gerakan meloncat yang dicapai oleh anak saat anak berusia 48 bulan atau 4 tahun. Dimana gerakan meloncat yang dilakukan oleh anak pada tahap ini lebih matang dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Dimana dalam fase persiapan sudut kecondongan tubuh anak tidak sesempit seperti pada tahap 1, melakukan tolakan dengan menggunakan dua kaki sekaligus untuk mencapai jarak terpanjang dengan bantuan ayunan lengan dan mencapai mencapai poisisi sesaat diudara dan menginjakkan kaki kembali saat melakukan pendaratan dengan seimbang.
Ø Tahap 3. Yaitu tahap perkembangan keterampilan meloncat yang dicapai anak pada saat anak berusia 76-78 bulan atau 6,5 tahun. Pada tahap ini gerakan meloncat yang dilakukan oleh anak lebih terkoordinasi dengan baik dengan pencapaian jarak loncatan yang lebih jauh. Dimana anak menolak dengan menggunakan dua kaki dengan membentuk sudut sedemikian rupa dan dalam posisi wajah tegak dibantu dengan ayunan lengan kebelakang untuk mencapai posisi sesaat diudara dan mencapai jarak terpanjang dan mendarat dengan posisi tubuh menyatu dan dapat menjaga keseimbangan saat melakukan pendaratan dan berdiri tegak.
Ø Tahap 4. Yaitu tahap perkembangan keterampilan meloncat yang dicapai anak pada saat anak berusia 114-120 bulan atau 9,5-10 tahun. Dimana dalam tahap ini gerakan meloncat anak jauh lebih sempurna dimana pada fase persiapan sudut yang dibentuk tidak terlalu kecil dengan posisi tubuh condong kedepan, kemudian membentuk sudut tubuh yang kecil untuk melakukan gerakan meloncat dari bawah dan mengangkat lengan ke atas ketika berada pada posisis esaat diudara dan mencapai jarak terpanjang dengan posisi tubuh lekat dengan lutut dan dapat berdiri dengan seimbang setelah melakukan gerakan meloncat. Bentuk gerakan perkembangan dalam meloncat pada anak dapat ditunjukkan seperti gambar 4 di bawah ini:
Gambar 5. Bentuk Tahap Perkembangan Gerakan Meloncat (David L Gallahue, et al, 2012: 235)
Indikator dari gerakan meloncat diantaranya adalah persiapan dalam melompat dengan posisi lutut ditekuk dan badan condong ke depan, menolak dengan menggunakan dua kaki sekaligus, lengan dan kaki mencapai jarak terpanjang dengan cepat dan posisi lengan keatas dan kedepan, dalam posisi tubuh di udara atau melayang lengan bergerak kebawah, mendarat dengan seimbang dengan menggunakan dua kaki. Indikator dari gerakan meloncat ini merupakan indikator yang dilihat berdasarkan bentuk tahapan gerak meloncat dari Gallahue, et al, (2012: 235).
C. Keterampilan Gerak Manipulatif
Gallahue, et al, (2012: 191) mengatakan keterampilan gerak manipulatif adalah keterampilan yang melibatkan gerakan manipulasi atau mengontrol objek seperti tongkat pemukul atau pemukul dan bola. Keterampilan gerak manipulatif diantaranya adalah gerakan melempar, menangkap, menendang, sepakan, menggulung, dan menggiring. Samsudin (2008:9) mengatakan bahwa Keterampilan manipulatif, keterampilan manipulatif dikembangkan ketika anak tengan menguasai macam-macam objek. Keterampilan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Bentuk-bentuk keterampilan manipulatif diantaranya adalah gerakan melempar, memukul, menendang, mengguling, menghentikan serta gerakan menerima (menangkap). Objek yang digunakan adalah bola plastik yang terbuat dari bantalan karet (bola medisin) atau bola plastik dengan gerakan memantul mantulkan bola atau menggiring bola.
Jadi dari beberapa pendapat di atas tentang pembagian keterampilan gerak dasar diantaranya adalah keterampilan gerak lokomotor yaitu gerak tubuh dengan berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Keterampilan gerak nonlokomotor adalah gerakan anggota tubuh dengan posisi tubuh diam di tempat. Sedangkan keterampilan gerak manipulatif adalah penggunaan serta pengontrolan gerakan otot-otot kecil yang terbatas, yang lebih banyak melibatkan tangan dan kaki serta mata.
a. Melempar bola di atas lengan
Gallahue, et al (2012: 191-193) mengatakan melempar adalah sebuah keterampilan motorik kasar yang rumit dimana terdapat keterlibatan antara bagian tubuh yang berbeda yang dikoordinasikan dengan bagian tubuh lain untuk menggerakkan prinsip biomechanical yang menghasilkan perpindahan kekuatan pada bola. Samsudin (2008: 105) mengatakan bahwa dalam melakukan lemparan dapat dilakukan dari bawah tangan, di atas kepala, melampaui kepala atau lengan serta dari samping. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melempar adalah suatu gerakan terkoordinasi dari ayunan lengan, jari tangan, togok dan kaki untuk melepaskan benda atau objek kearah tertentu. Fokus gerakan melempar dalam penelitian ini adalah overarm throwing (lemparan di atas lengan), yakni gerakan melempar dengan menggunakan lengan seluas mungkin untuk mencapai lemparan atau sasaran tertentu.
b. Menangkap
Menangkap atau menerima adalah awal dari usaha yang dilakukan oleh anak berupa gerakan tangan untuk menghentikan suatu benda yang ada didekatnya (Sumantri, 2005: 89). Gallahue, et al (2012: 203) bahwa menangkap merupakan keterampilan manipulatif dimana tujuan dari menangkap adalah menahan laju benda. Samsudin (2008: 108) merupakan gerak dasar manipulasi yang melibatkan penghentian momentum suatu benda serta mengendalikannya dengan menggunakan kedua tangan. Anak pada awalnya akan lebih mudah dalam menangkap benda yang menggulir dibandingkan dengan menangkap benda yang melambung, sehingga kemampuan menangkap benda dilambungkan berkembang setelah anak mampu menangkap benda yang digulirkan. Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menangkap adalah gerakan tangan untuk menahan laju objek disekitar anak dengan menggunakan kedua tangan dalam perkiraan waktu yang tepat.
c. Menendang
Gallahue, et al (2012: 210) menendang adalah keterampilan bola yang berasal dari bentuk memukul dengan menggunakan kaki, dimana dalam gerakan menendang membutuhkan koordinasi mata dan kaki, keseimbangan dan persepsi kemampuan motorik. Samsudin (2008: 110) mengatakan menendang merupakan keterampilan manipulatif yang menggunakan kaki untuk menendang suatu benda. Dari beberapa pendapat tentang pengertian menendang di atas dapat disimpulkan bahwa menendang adalah gerakan memukul bola dengan menggunakan kaki dengan adanya koordinasi mata dan kaki untuk menendang benda namun tetap memiliki keseimbangan tubuh.
Sumantri (2005: 93) mengatakan bahwa gerakan memukul mula-mula dilakukan melalui gerakan mengayunkan tagannya dengan lurus ke arah depan atas dan selanjutnya gerakan yang akan berkembang dalam memukul adalah dari samping kearah depan serta memukul bola di atas kepala berkembang kemudian. Memukul adalah keterampilan bola, keterampilan mendorong pada sebagian besar bentuk ativitas olahraga. Samsudin (2008: 114) mengatakan bahwa memukul merupakan gerakan tangan atau alat yang digunakan untuk memberikan gaya ke suatu benda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memukul merupakan gerakan mengayunkan bagian tubuh atau alat kedepan atau kearah sasaran yang telah ditentukan untuk dipukul. Dimana fokus keterampilan gerak memukul dalam penelitian ini adalah emmukul dengan menggunakan pemukul dari karton dengan sasaran pada bola plastik dalam keadaan diam.
d. Memukul bola
Sumantri (2005: 93) mengatakan bahwa gerakan memukul mula-mula dilakukan melalui gerakan mengayunkan tagannya dengan lurus ke arah depan atas dan selanjutnya gerakan yang akan berkembang dalam memukul adalah dari samping kearah depan serta memukul bola di atas kepala berkembang kemudian. Memukul adalah keterampilan bola, keterampilan mendorong pada sebagian besar bentuk ativitas olahraga. Samsudin (2008: 114) mengatakan bahwa memukul merupakan gerakan tangan atau alat yang digunakan untuk memberikan gaya ke suatu benda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memukul merupakan gerakan mengayunkan bagian tubuh atau alat kedepan atau kearah sasaran yang telah ditentukan untuk dipukul. Dimana fokus keterampilan gerak memukul dalam penelitian ini adalah emmukul dengan menggunakan pemukul dari karton dengan sasaran pada bola plastik dalam keadaan diam
D. Latihan
Latihan merupakan aktivitas fisik yang berarti, mempunyai maksud dan tujuan dari pelaku latihan tersebut. Menurut (Sukadiyanto, 2011:5). Exercise perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatklan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah seseorang dalam penyempurnaan gerak. Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa melalui aktifitas latihan keterampilan gerak seseorang akan mencapai tahap penyempurnaan.
Latihan merupakan memberikan stimulus (rangsangan) untuk menciptakan kebutuhan bagi tubuh untuk menyesuaikan diri (adaptasi) menurut (Rai, dkk., 2006). Latihan, baik latihan aerobik, merupakan aktivitas fisik yang menimbulkan tekanan yang berbeda bagi tubuh. Latihan sebagai suatu proses penyempurnaan kemampuan berlatihan yang berisi materi teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai pada waktunya.
Latihan melibatkan semua aspek tubuh manusia terdiri dari sel, jaringan organ dan lainya. Latihan mempunyai fungsi ganda, yakni mengarah yang dapat menjadi stersor, juga dapat menjadi stimulator (Sugiharto, 2012:184). Intervensi primer salah satunya latihan yang terbukti secara klinis, hemat biaya, yang dapat menunda, mencegah, kasus kesehatan yang terkait dengan gangguan metabolisme (Booth, et al., 2012 ).
E. Keterampilan Motorik mempengarui Aspek Penting Dalam Kehidupan
keterampilan motorik adalah elemen penting dari perkembangan keseluruhan anak dan memainkan peran penting yang memengaruhi kesehatan fisik, psikososial, dan mental. Keterampilan gerakan dapat secara luas diklasifikasikan ke dalam domain keterampilan kotor dan halus yang dapat diamati seperti yang diperlukan untuk berlari, menangkap, menulis / mencetak, atau berpakaian. Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan anak secara keseluruhan termasuk tingkat aktivitas fisik mereka, komposisi tubuh, kepercayaan diri, tingkat kecemasan, dan fungsi eksekutif, antara lain. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan positif antara keterampilan gerakan kasar dan halus dan bidang kesehatan termasuk aktivitas fisik, kebugaran, komposisi tubuh yang sehat, konsep diri, dan fungsi eksekutif (Hendrix et al, 2014)
1. Kesehatan
Ketika menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan motorik, tentunya gangguan perkembangan saraf. Mengingat bahwa berisiko untuk masalah kesehatan di masa depan, jelas bahwa penargetan keterampilan bergerak untuk anak-anak. Keahlian gerakan mendasar sangat penting untuk partisipasi dalam aktivitas fisik (Lubas, et al 2010) Ketika kami mempertimbangkan sejumlah besar anak-anak yang mungkin berisiko karena mereka menunjukkan tanda-tanda keterlambatan perkembangan, yang menetap, dan yang tidak siap untuk sekolah, dikombinasikan dengan anak-anak yang memiliki gangguan perkembangan saraf yang secara negatif mempengaruhi pergerakan, jelas bahwa pendekatan universal untuk pengembangan keterampilan gerakan diperlukan. Mayoritas anak-anak bisa dibilang menunjukkan keprihatinan terkait dengan keterampilan bergerak, baik itu aktivitas, kelebihan berat badan / obesitas, atau masalah dalam belajar, tetapi tidak didiagnosis secara klinis.
Paling tidak, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa seorang anak yang biasanya berkembang akan memiliki keterampilan gerakan dasar yang diperlukan untuk mencapai hasil yang berhubungan dengan kesehatan yang positif. Kami mengusulkan kemudian bahwa keterampilan gerakan dapat menjadi target penting untuk inisiatif kesehatan masyarakat mengingat dampak luas dari keterampilan gerakan pada pengembangan yang optimal. Namun, pertama-tama kita perlu memeriksa hubungan longitudinal antara keterampilan gerakan dan aspek kesehatan lainnya sebelum inisiatif kesehatan masyarakat universal dapat dibuat. Selain itu, sementara studi tinjauan sebelumnya telah menunjukkan efektivitas intervensi keterampilan gerakan mendasar dalam meningkatkan keterampilan gerakan pada anak-anak dengan perkembangan (Riethmuller et al, 2009).
Keterampilan Gerak sangat penting untuk keterlibatan dalam aktivitas fisik, kebugaran fisik, dan komposisi tubuh yang sehat. Ulasan ini, bagaimanapun, telah menambah pemahaman kita tentang peran kecakapan gerakan pada kepercayaan diri seseorang, di luar keterampilan motorik yang dirasakan, serta hubungan antara kecakapan gerakan dan fungsi eksekutif (Robinson et al, 2015)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Motorik Mempengarui Kehidupan
Keterampilan motorik adalah elemen penting dari perkembangan keseluruhan anak dan memainkan peran penting yang memengaruhi kesehatan fisik, psikososial, dan mental. Keterampilan motorik kasar diselesaikan dengan menggunakan otot-otot yang lebih besar di tubuh untuk menggulung, duduk, merangkak, berjalan, berlari, melompat, melompat, melompat, melompat, dan banyak lagi. Partisipasi reguler dalam jenis kegiatan fisik ini telah dikaitkan dengan peningkatan kinerja akademik dan fungsi penting hari sekolah, seperti perhatian dan memori. Bahkan kemampuan bayi untuk duduk tanpa didukung memiliki efek mendalam pada kemampuan mereka untuk belajar tentang suatu objek (Woods, 2013).
Salah satu keuntungan otak terbesar dari olahraga adalah kemampuan untuk aktivitas fisik untuk meningkatkan fungsi otak yang sebenarnya dengan membantu sel-sel saraf untuk berkembang biak, menciptakan lebih banyak koneksi untuk belajar (Cotman, 2002; Ferris, 2007). Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik memiliki efek positif yang signifikan pada kognisi, terutama untuk siswa sekolah dasar dan menengah pertama (Sibley, 2002). Sebagai bonus tambahan, menjadi sehat secara fisik sebagai seorang anak dapat membuat Anda lebih pintar lebih lama seiring bertambahnya usia. (Deary, 2006).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa partisipasi rutin dalam aktivitas fisik dapat meningkatkan kinerja akademik. Sekolah yang telah menambahkan aktivitas fisik ke dalam kurikulum mereka menunjukkan peningkatan 6% dalam nilai tes standar siswa jika dibandingkan dengan teman sebaya yang memiliki pelajaran tidak aktif (Donnelly, 2011). Satu ulasan penelitian komprehensif termasuk 59 studi, menunjukkan efek signifikan dan positif dari aktivitas fisik pada prestasi anak-anak dan hasil kognitif, dengan latihan aerobik memiliki efek terbesar (Fedewa & Ahn, 2011). Sembilan puluh menit per minggu kebugaran kardiorespirasi telah dikaitkan dengan peningkatan kontrol kognitif memori kerja pada anak-anak remaja. Anak-anak yang berpartisipasi dalam 90 menit / minggu aktivitas fisik sedang sampai kuat selama program setelah sekolah menunjukkan peningkatan dalam memori kerja (Kamijo, 2011). Pelajaran aktif secara fisik termasuk istirahat aktivitas fisik telah terbukti mengurangi waktu istirahat (20,5%) dan meningkatkan skor membaca, matematika, ejaan dan komposit (Kibbe, 2011). Dalam studi lain, anak-anak yang berpartisipasi dalam pelajaran aktif fisik memiliki hasil yang lebih besar secara signifikan dalam tes kecepatan matematika, matematika umum, dan nilai ejaan meskipun tidak ada perubahan yang terlihat dalam skor membaca (Marijke J., 2016).
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik selama pelajaran pendidikan jasmani dapat memfasilitasi memori langsung dan tertunda (Pesce, 2009). Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat aktivitas fisik semakin besar pengaruhnya terhadap kinerja akademik (Carlson, 2008; Castelli, 2011). Bahkan serangan akut aktivitas fisik telah terbukti meningkatkan kognisi. Satu studi mengungkapkan bahwa anak-anak pra-remaja yang menyelesaikan 20 menit pelatihan treadmill dengan kecepatan sedang menjawab pertanyaan tes membaca, mengeja, dan berhitung dengan akurasi yang lebih besar dan telah meningkatkan pemahaman membaca dibandingkan dengan anak-anak yang telah duduk. Selain itu, anak-anak menyelesaikan tugas belajar lebih cepat dan lebih akurat lebih mungkin membaca di atas tingkat kelas mereka setelah aktivitas fisik (Hillman, 2009).
B. Bagaimana keterampilan motorik mempengarui konsentrasi
Guru tahu betul berapa banyak usaha yang dihabiskan untuk mencoba mendapatkan dan mempertahankan perhatian siswa. Guru sering mencoba bertanya, bergerak di sekitar ruangan, mengubah nada suara dan banyak lagi teknik lainnya. Metode alternatif bagi guru untuk meningkatkan perhatian, konsentrasi, dan perilaku tugas adalah dengan menggabungkan serangan aktivitas fisik sepanjang hari sekolah. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa anak yang berpartisipasi dalam program aktivitas fisik di kelas meningkatkan perilaku tugas mereka sebesar 20 persen (Mahar, 2006). Penelitian tambahan mengenai aktivitas fisik dan kinerja sekolah mengungkapkan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan konsentrasi (Taras, 2005). Pelajaran aktif yang membutuhkan keterampilan motorik kasar yang lebih terkoordinasi seperti keseimbangan, waktu reaksi, dll. dikaitkan dengan konsentrasi yang lebih baik pada tugas akademik (Budde, 2008).
C. Bagaimana keterampilan motorik mempengarui kesehatan
Tingkat ketidak aktifan yang tinggi ini adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada sekitar sepertiga anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan / obesitas (Colley et al, 2011). Saat seseorang kurang dalam aktivitas fisik otomatis juga akan kurang dalam keterampilan gerak dikarenakan keterampilan gerak yang baik didapat dari pengakaman gerak seseorang itu sendiri (Roberts, 2012). Keterampilan motorik Pemeliharaan berat badan yang sehat dan komposisi tubuh penting untuk mengurangi risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan sejumlah kondisi kronis lainnya di kemudian hari. sebelumnya telah menetapkan manfaat dari keterlibatan rutin dalam aktivitas fisik untuk mempertahankan komposisi tubuh yang sehat (Jakson et al, 2014). Adapun penelitian penelitian yang dilakukan Jansen et al (2010) menunjukan telah membentuk hubungan terbalik antara keterampilan gerakan mendasar dan BMI pada anak-anak. Komposisi tubuh yang ideal akan memudahkan anak-anak untuk melakukan aktifitas hariannya dan memberikan dampak fisiologis yang baik untuk anak jika dibandingkan dengan anak yang memiliki komposisi badan yang berlebihan atau pun kekurangan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan motorik sangat penting dalam kehidupan manusia seperti menunjang aktifitas fisik yang dilakukan manusia diperlukan keterampilan gerak. Keterampilan motorik adalah dasar untuk menunjang manusia melakukan aktifitasnya sehari-hari (Payne, et al 2011). Maka dari itu perlunya keterampilan gerak yang dilatih sejak masa anak-anak, gerak dibagi menjadi 2 yaitu motorik kasar dan motorik halus. Bukan saja cuma aktifitas fisik, melainkan dalam pembelajaran kognitif keterampilan motorik mempengarui hasil belajar yang mencangkup konsentrasi, prestasi dan daya ingat.
Dari beberapa pernyataan diatas sudah menggambarkan betapa pentingnya keterampilan gerak untuk menunjang kehidupan manusia. Maka dari itu pentingnya mensimulus dan melatih motoric sejak anak-anak/ pada masa usia dini. Komponen yang paling efektif digunakan untuk melatih keterampilan motorik yaitu melalui aktifitas fisik, tidak hanya motorik yang dilatih melainkan juga pada kognitif dan emosional (Fahimi et al, 201 3).
B. Saran
Mengingat betapa pentingnya keterampialan motorik untuk aspek kehidupan, penulis menyarankan kepada pembaca agar menjadi agen perubahan bahwa keterampilan motorik bukan proses alamiah melainkan keterampilan motoric perlu distimulus dan dilatih sejak seseorang memasuki fase usia dini. Penulis juga berharap keterampilan motorik bisa dilatih melui aktivitas fisik yang menyenangkan di sekolah mmaupun lingkungan sekitar.
DAFTAR RUJUKAN
Achmad Paturisi. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Jakarta:Rineka Cipta
Boddy LM, Murphy MH, Cunningham C et al. Physical activity, cardiorespiratory fitness, and clustered cardio-metabolic risk in 10- to 12-year-old school children: the REACH Y6 study. Am J Hum Biol 2014; 26(4):446–451
Booth, F.W., Roberts, C.K., & Laye, M.J. 2012. Lack of exercise is a major cause of chronic diseases. Compr. Physiol. 2, 1143–1211.
Boreham C, Riddoch C. The physical activity, fitness and health of children. J Sports Sci 2001; 19(12):915–929. 2.
Budde H, Voelcker-Rehage C, Pietrabyk-Kendziorra S, Ribeiro P, Tidow G. (2008) Acute coordinative exercise improves attentional performance in adolescents. Neurosci Lett. 441(2):219–223.
Carlson SA, Fulton JE, Lee SM, et al. (2008) Physical education and academic achievement in elementary school: Data from early childhood longitudinal study. Am J Public Health. 98(4):721-727. doi:10.2105/AJPH.2007.117176.
Colley, R. C., Garriguet, D., Janssen, I., Craig, C. L., Clarke, J., & Tremblay, M. S. (2011). Physical activity of Canadian children and youth: accelerometer results from the 2007 to 2009 Canadian Health Measures Survey. Health reports, 22(1), 15.
Cotman, C., & Engesser-Cesar, C. (2002). Exercise enhances and protects brain function. Exercise and Sport Science Review, 30(2), 75-79.
Deary, I., Whalley, L., et al. (2006). Physical fitness and lifetime cognitive change. Neurology, 67, 1195-1200.
Donnelly JE, Lambourne K. (2011) Classroom-based physical activity, cognition, and academic achievement. Prev Med. 52 (Suppl 1):S36-S42.
Doreen Granpeesheh, Jonathan Tarbox,,Julie Kornack. (2015). Evidence-Based Treatment for Children with Autism. Academic Press.
Fahimi, M., Aslankhani, M., Shojaee, M., Beni, M., & Gholhaki, M. (2013). The effect of four motor programs on motor proficiency in 7-9 years old boys. Middle-East Journal of Scientific Research.
Fedewa AL & Ahn S. (2011) The effects of physical activity and physical fitness on children’s achievement and cognitive outcomes: a meta-analysis.Res Q Exerc Sport. 82(3):521-535.
Ferris, L., Williams, J., & Shen, C. (2007). The effect of acute exercise on serum brain-derived neurotrophic factor levels and cognitive function. Medical Science of Sports and Exercise, 39(4), 728-734.
Gallahue, D. L., Ozmun, J. C., & Goodway, J. (2012). Understanding motor developent: Infants, children, adolescents, adults (7th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Goodway JD, Robinson LE. Developmental trajectories in early sport specialization: a case for early sampling from a physical growth and motor development perspective. Kinesiol Rev 2015; 4(3):267–278.
Hendrix, C. G., Prins, M. R., & Dekkers, H. (2014). Developmental coordination disorder and overweight and obesity in children: a systematic review. Obesity Reviews, 15(5), 408-423.
Hillman CH, Pontifex MB, Raine LB, Castelli DM, Hall EE, Kramer AF. (2009). The effect of acute treadmill walking on cognitive control and academic achievement in preadolescent children. Neuroscience. 159(3) :1044-1054. doi:10.1016/j.neuroscience.2009.01.057.
Jackson, C. L., & Stampfer, M. J. (2014). Maintaining a healthy body weight is paramount. JAMA internal medicine, 174(1), 23-24.
Kamijo K, Pontifex MB, O’Leary KC, et al. (2011). The effects of an afterschool physical activity program on working memory in preadolescent children. Dev Sci. 14(5):1046-1058. doi:10.1111/j.1467-7687.2011.01054.
Kibbe Dl, Hackett J, Hurley M, et al. (2011) Ten years of TAKE 10!: integrating physical activity with academic concepts in elementary school classrooms. Prev Med.52(Suppl 1):S43-S50.
Lubans, D. R., Morgan, P. J., Cliff, D. P., Barnett, L. M., & Okely, A. D. (2010). Fundamental movement skills in children and adolescents. Sports medicine, 40(12), 1019-1035.
Mahar, M., Murphy, S., Rowe, D., et al. (2006). Effects of a classroom-based program on physical activity and on-task behavior. Medical Science of Sports and Exercise, 38(12), 2086-2094.
Marijke J. et al (2016). Physically Active Math and Language Lessons Improve Academic Achievement: A Cluster Randomized Controlled Trial. Pediatrics, Mar 24;137(3):e20152743.
Mitchell, B., McLennan, S., Latimer, K., Graham, D., Gilmore, J., & Rush, E. (2013). Improvement of fundamental movement skills through support and mentorship of class room teachers. Obesity Research & Clinical Practice.
Payne, V. G., & Isaacs, L. D. (2011). Human motor development: A lifespan approach (8th ed.). Boston, MA: McGraw-Hill.
Pesce et al (2009) Physical activity and mental performance in preadolescents: effects of acute exercise on free-recall memory. Ment Health Phys Act. 2(1):16–22.
Rai, A., Hamid, L., & Tsiang, H. 2006. Gaya Hidup Sehat, Fitnes, dan binaraga : Jakarta : Tabloid Bola
Riethmuller, A. M., Jones, R. A., & Okely, A. D. (2009). Efficacy of interventions to improve motor development in young children: a systematic review. Pediatrics, 124(4), e782-e792.
Roberts, K., Shields, M., de Groh, M., Aziz, A., & Gilbert, J. (2012). Overweight and obesity in children and adolescents: Results from the 2009 to 2011 Canadian Health Measures survey. Statistics Canada.
Robinson, L. E., Stodden, D. F., Barnett, L. M., Lopes, V. P., Logan, S. W., Rodrigues, L. P., & D’Hondt, E. (2015). Motor competence and its effect on positive developmental trajectories of health. Sports medicine, 45(9), 1273-1284.
Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera.
Scharfen, H. E., & Memmert, D. (2019). The Relationship Between Cognitive Functions and Sport-Specific Motor Skills in Elite Youth Soccer Players. Frontiers in psychology, 10.
Sibley, B., & Etnier, J. (2002). The effects of physical activity on cognition in children: A meta anaylsis. Medical Science of Sports and Exercise, 4(5), 214.
Sugiharto. 2012. Fisioneurohormonal Pada Stresor Olahraga. Jurnal Sains Psikologi , 54-66.
Sukadiyanto & Muluk. 2011. Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung
Sumantri. (2005). Model Pengebangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Taras, H. (2005). Physical activity and student performance at school. Journal of School Health, 75(6), 214-218.
Woods RJ & Wilcox T. (2013). Posture support improves object individuation in infants. Dev Psychol. Aug;49(8):1413-24. doi: 10.1037/a0030344.
Komentar
Posting Komentar